Saturday, December 15, 2007

Dalam Perjalanan di Malam Hari (Bagian 2: Rasakan Horor di Bus)

Dua minggu kemudian setelah perjalananku ke Balikpapan sebelumnya, aku kembali ke Balikpapan untuk menghabiskan akhir pekanku. Tidak seperti dua minggu yang lalu, kali itu aku naik bus AC. Meskipun perjalanannya lancar, ada beberapa kejadian di bus itu yang ingin sekali aku ceritakan…

# Hembusan Hantu?!

Pukul 7 kurang beberapa menit aku tiba di pangkalan bus yang akan aku tumpangi ke Balikpapan. Beberapa penumpang telah naik di bus, sisanya masih nongkrong di sekitar pangkalan itu sambil menunggu bus berangkat. Aku memilih untuk menunggu di dalam bus. Kuraba saku celanaku untuk memastikan kalau aku telah membawa ponselku, lalu merogoh saku jaket untuk mengambil tiket. Kulihat tiketku dan disana tertera seat 9, kuedarkan pandanganku mencari tempat duduk bernomor 9. Aku ingat kata-kata seseorang yang keberadaannya tak pernah ada bahwa angka 9 di dunia antah berantah itu merupakan angka setan.

Tempat duduk nomor 9 berada di dekat jendela, di sebelahnya masih kosong, dan kuharap akan tetap kosong sampai bus berangkat. Kutaruh ranselku di bawah kursi lalu duduk bersandar sambil memejamkan mata. Saat itulah aku merasakannya… tiba-tiba aku merasa kedinginan, aku menggigil! Aku teringat sebuah film tentang hantu yang pernah aku tonton, kehadiran hantu dalam film itu ditandai dengan suhu yang tiba-tiba jadi dingin, bahkan uap bisa keluar dari mulut saking dinginnya. Jangan-jangan bangku kosong di sebelahku…

# Tawa Tak Tampak?!

Bus berangkat tepat pukul 7 lewat sedikit. Penumpang bus ternyata tidak terlalu banyak, kursi di sebelahku kosong sehingga aku bisa menguasai dua tempat duduk. Aku bersandar dengan nyaman di kursi sambil mendengarkan lagu lewat mp3 player, kemudian samar-samar terdengar suara lain yang bercampur baur dengan lagu yang sedang kudengar. Suara itu… seperti suara tawa, tapi tidak jelas apakah itu suara perempuan atau laki-laki.

Makin lama suara itu makin jelas, kulepas earphone dari telingaku, suara itu kini sangat jelas… suara anak kecil yang sedang tertawa. Namun saat itu di bus tak ada satupun anak kecil yang terlihat olehku. Saat suara itu kembali terdengar, kutatap keluar melalui jendela bus ke arah kegelapan malam… seakan suara itu berasal dari sana…

# Getaran Gaib?!

Karena lampu dimatikan, keadaan dalam bus sangat gelap. Kegelapan itu membuatku merasa nyaman untuk tidur. Kucari posisi yang enak untuk tidur, lalu kucoba pejamkan mata. Ketika masih di awal-awal perjalanan, masih bisa kudengar suara-suara percakapan penumpang, namun saat ini yang terdengar hanyalah deru mesin bus yang meraung-raung memecah kesunyian malam. Sepertinya semua penumpang terlalu letih untuk mengobrol, mudah-mudahan supir bus ini tidak terlalu letih hingga bisa menabrakkan bus atau membuat bus meluncur masuk ke jurang.

Dalam keadaan setengah tidur sekonyong-konyong kurasakan ada yang menggelitik di pahaku. Aku tersentak bangun dari tidur setengahku, aku masih bisa merasakannya, tapi saat aku periksa tak ada yang aneh. Beberapa lama kemudian kejadian itu terjadi lagi, terasa seperti getaran halus yang menggelitik dan bikin geli. Dan sekali lagi tak ada yang aneh dengan semua itu. Aku pun tak lagi mengantuk.

# Muka Mati?!

Bus lalu berhenti di sebuah warung makan, beberapa penumpang turun beristirahat dan mengisi perut, dan sebagian kecil tinggal saja di dalam bus. Aku termasuk salah satu dari sebagian kecil itu. Aku belum begitu merasa lapar, sebelum berangkat tadi aku sudah makan di rumah tanteku. Kupasang earphone di telingaku lalu kunyalakan mp3 player-ku, sambil menunggu bus berangkat kembali aku mendengarkan musik.

Bus telah melanjutkan perjalanannya kembali. Lewat kaca depan bus kulihat sesekali mobil lain dari arah berlawanan, membanjiri dengan lampu sorot yang menyilaukan. Selama beberapa saat kutatap saja pemandangan di depan bus yang berupa jalanan berkelok-kelok, dan kemudian kusadari… ada pemandangan yang lain di sana, di kaca depan bus itu… muncul… atau memang sedari tadi sudah ada tanpa kusadari… sebuah citra yang janggal yang membuatku terkejut, sebentuk wajah pucat muncul di kaca depan bus!!! Wajah seorang perempuan dengan mata terpejam dengan kulit kuning yang pucat. Kemudian, seperti munculnya, wajah itu pun menghilang dengan tiba-tiba. Saat kupikir itu hanya khayalanku, wajah itu kembali muncul seakan mengejek. Bukan khayalan… aku melihatnya sejelas melihat bulan sabit pucat di langit malam yang berawan…

# Suara Setan?!

Bus yang kutumpangi ini adalah bus yang dilengkapi AC. Setiap penumpang bisa merasakan dinginnya melalui lubang yang terdapat di atas setiap tempat duduk. Tentunya supir bus ini menyadari hal itu, namun kulihat supir itu merokok, terlihat dari titik merah dekat tangannya, dan samar-samar bau rokok yang memuakkan, untungnya bau rokok itu hanya sebentar saja tertangkap oleh indra penciumanku.

Aku tersentak kaget saat mendengar suara yang keras. Suara keras itu tiba-tiba saja muncul tanpa peringatan sebelumnya. Suara sekeras itu bisa membuat orang yang berpenyakit jantung terkena serangan jantung. Aku melihat ke sekeliling, dan anehnya tak ada satu orangpun yang bereaksi terhadap suara itu, padahal suara itu cukup keras untuk didengar orang sekampung yang sedang berkumpul di lapangan sempit. Apakah yang mendengar suara itu hanya aku seorang?? Atau ada penjelasan lain yang masuk akal?

# Malam Memang Misterius…

Bus telah melewati kota Samarinda, itu artinya separuh perjalanan telah terlewati. Aku dalam keadaan sangat mengantuk waktu itu dan dalam kondisi setengah tidur. Seorang ibu-ibu duduk di tempat duduk di sampingku yang tadinya kosong. Ibu itu sedang memangku anaknya yang masih kecil, dua orang, laki-laki dan perempuan. Ibu itu menyuruh anaknya untuk memakai jaketnya karena suhu di dalam bus sangat dingin. Kedua anak itu saling menggelitiki sambil tertawa-tawa geli, ibunya menegur mereka agar diam. Tiba-tiba terdengar teriakan-teriakan panik para penumpang, berkali-kali supir bus membunyikan klakson, kemudian terjadi guncangan dahsyat saat bus menabrak sesuatu… lalu terasa sensasi yang aneh saat bus meluncur masuk ke jurang, terdengar teriakan takut, ngeri, panik, dan pasrah para penumpang, bus itu melayang jatuh ke jurang tanpa dasar, para penumpang beterbangan di dalam bus. Ibu yang tadi duduk di dekatku melayang di atasku tersenyum, kulit wajahnya perlahan-lahan rontok menimpa kepalaku, disertai tetesan-tetesan darah. Di kiri kananku kedua anaknya memegang tanganku, kulit mereka juga rontok, hingga tulang-tulang mereka tampak. Tangan-tangan kerangka mereka mencakar-cakar wajah dan leherku, berusaha mengoyak dagingku. Aku tak bisa bergerak, bahkan bersuara. Para penumpang bus itu kini berubah menjadi kerangka hidup yang tertawa-tawa mengelilingiku, mereka terus saja tertawa sambil berseru seram, “selamat bergabung di balik papan, di balik papan, di balik papan, di balik papan peti mati… hahahahahahahahahahaaaaah”. Aku pun ikut tertawa karena sudah menjadi kerangka juga, kulitku sudah rontok semua.

“Mas… Mas bangun! Sudah sampe di Balikpapan”, terdengar suara yang membangunkan aku.

Aku membuka mata dan mendapati diriku sedang berada di bus, tak ada tanda-tanda terjadi kecelakaan, kulitku juga masih utuh, itu berarti aku hanya mimpi. Kuambil ranselku kemudian bergegas turun dari bus. Leherku terasa sangat perih, kusentuh leherku lalu kulihat di telapak tanganku ada darah. Hmm… malam memang misterius…

---

---

---

Catatan tangan:

Di dunia ini memang ada hal-hal yang tak terjelaskan dan tidak masuk akal. Dunia lain itu memang ada, dalam Alquran pun telah disebutkan tentang adanya makhluk lain yang bernama Jin, yang hidup berdampingan dengan manusia di dunia. Meskipun begitu, kejadian-kejadian yang kuceritakan itu bukannya tak terjelaskan…

Begini…

# Hembusan Hantu: Rasa dingin yang kurasakan itu gara-gara AC. AC di bus itu memang sangat dingin hingga membuatku menggigil.

# Tawa Tak Tampak: Tawa yang kudengar itu tawa anak kecil, tak jelas perempuan atau laki-laki karena memang keduanya. Waktu itu tak ada anak kecil yang terlihat olehku karena terlalu gelap, lampu dalam bus dimatikan.

# Getaran Gaib: Tak ada yang aneh dengan semua itu, getaran menggelitik itu berasal dari ponselku yang kutaruh dalam saku depan celanaku, ada sms yang masuk. Aku tak lagi mengantuk karena sibuk membalas sms.

# Muka Mati: Wajah salah seorang penumpang yang duduk di kursi paling depan terpantul di kaca depan bus. Bayangan wajahnya muncul saat bus berpapasan dengan mobil lain yang cahaya lampunya memunculkan citra itu. Awalnya aku memang terkejut, tapi setelah sadar itu hanya bayangan, aku pun tak punya alasan untuk terkejut atau takut lagi.

# Suara Setan: Bunyi klakson bus itu memang keras dan membuatku kaget yang waktu itu sedang bengong, apalagi aku memang orang yang ‘kagetan’. Tentu saja penumpang lain menganggap itu hal biasa dan tidak ada yang aneh.

# Malam Memang Misterius: Penjelasan tentang hal ini adalah yang paling sederhana. Meskipun malam memang misterius, tapi mimpi itu hanya cerita karanganku saja, untuk melengkapi cerita-cerita sebelumnya, dengan kata lain: aku bohong!! HUHUHUHUHUWWWW….!

Dalam Perjalanan di Malam Hari (Bagian 1)

Selama tinggal di Bontang, biasanya setiap dua minggu sekali aku berkunjung ke tempat kakakku yang ada di Balikpapan, dengan menempuh waktu 5 jam perjalanan, melintasi jalan yang membelah hutan, dan kadang-kadang mengalami suatu kejadian yang tak terduga…

Waktu itu tanggal 16 November 2007, aku dalam perjalanan ke tempat kakakku di Balikpapan. Ini bukan yang pertama kalinya buatku, jadi kurasa tak ada yang perlu dikuatirkan. Namun kemudian kenyataan mengharuskan aku merasa kuatir, jreng! jreng!!!

Mobil yang aku tumpangi ke Balikpapan yang sebelumnya dipesan lewat travel, sebelum bertolak ke Balikpapan terlebih dahulu akan menjemput penumpang satu-persatu di tempat tinggal masing-masing, dan karena kebetulan aku penumpang yang pertama dijemput, jadi aku harus menunggu lebih lama. Setelah satu jam lebih mobil berputar-putar di kota Bontang menjemput para penumpang yang kadang belum siap dijemput, akhirnya mobil melaju keluar dari kota itu menembus kegelapan malam yang menyelimuti, wuzzzzzzzz….

Di tengah perjalanaan, tiba-tiba pak supir menghentikan mobil di pinggir jalan, dekat beberapa mobil yang sedang parkir. Kebingunganku akhirnya terjawab setelah semua penumpang disuruh turun dan pindah ke mobil lain, mobil yang kutumpangi dari Bontang mengalami kerusakan pada lampu depannya. Bagiku sih tidak masalah, yang penting sampai ke tujuan dengan selamat, tapi di kemudian hari aku sadar bahwa selamat sampai ke tempat tujuan saja tidak cukup, kenyamanan saat perjalanan juga penting, hmmm…

Di mobil pengganti aku mendapat posisi yang nyaman, namun kejadian berikutnya sama sekali tidak membuatku nyaman. Baru saja mobil memasuki jalan, tiba-tiba dari arah kanan sebuah sepeda motor berkecepatan tinggi menghantam sisi kanan depan mobil hingga sepeda motor itu beserta pengendaranya terhempas ke aspal. Aku kaget bukan main, saat kulihat ke tempat jatuhnya pengendara motor itu, terlihat darah yang tercecer di aspal. Aku jadi merinding, tak berani melihat kondisi pengendara motor itu, mungkin saja organ-organ tubuhnya sudah berhamburan di jalan, karena itu aku diam saja di dalam tanpa berani melihat apa yang terjadi. Setelah bermenit-menit berlalu, kuberanikan diri melihat apa yang terjadi, sang supir dan pengendara motor itu ternyata sedang berunding, di aspal tak ada tanda-tanda darah sebagaimana yang kulihat tadi. Aku jadi bertanya-tanya apa itu hanya halusinasiku saja? Hiiiiih…

Setelah lama entah berapa lama, akhirnya sang pengendara motor melanjutkan kembali perjalanannya dan begitupun aku. Sebenarnya aku masih belum bisa menerima apa yang terjadi, seharusnya pengendara motor itu terluka parah, karena tadinya aku melihat ada darah. Tapi bagaimanapun juga aku merasa senang karena perjalanan bisa dilanjutkan kembali. Sayangnya kejadian sial kembali datang, ban mobil yang kutumpangi kempes sehingga mobil harus berhenti untuk mengganti ban. Kulihat di kiri dan kanan jalan yang ada hanya pepohonan yang rimbun, alias hutan. Beberapa penumpang ikut membantu supir mengganti ban mobil, aku yang tidak ingin mengganggu hanya diam saja di mobil dengan perasaan waswas, takut jika tiba-tiba kami dirampok, karena suasana di sekitar begitu sepi dan gelap. Samar-samar terdengar suara supir yang bernada riang: “…ehehe dongkraknya kayaknya gak bisa dipake neh” Aaaaargghhh!!!

Akhirnya setelah lama yang terasa lama sekali, ban mobil berhasil diganti setelah diganjal dengan kayu yang dicari dengan susah payah. Di sebuah pompa bensin, mobil berhenti untuk mengisi bensin. Setelah mengisi bensin, saat hendak memasuki jalan, hampir saja mobil disambar truk yang melaju cepat. Setelah semua kejadian itu kupikir takkan ada masalah lagi, sesampainya nanti di Balikpapan, semua penumpang akan diantar ke tempat tujuan masing-masing. Tapi sebuah obrolan antara penumpang dengan sang supir membuatku tak nyaman:

Penumpang 1 : Pak, nanti saya turun di dekat bandara yak?

Supir : Bandara? Ok

Penumpang 2 : Klo saya di daerah [lupa] ini ya pak?

Supir : Eeeh…

Penumpang : ???

Supir : Saya taunya cuma sampe di bandara aja, saya ne cuman supir yang jemput orang di bandara, klo daerah di Balikpapan saya gak tau.

Aku : [dalam hati] sialan! Ne supir entar mw buang aku di mana neh, gw juga gk tau daerah-daerah di Balikpapan. Mana dah tengah malem lagi, gimana nih gimana nih???

Saat waktu telah lewat tengah malam, mobil berhenti di sebuah bengkel untuk menambal ban. Dan sekali lagi aku harus menunggu lama sekali sekali lagi. Baru setelah begitu lama yang lamanya tidak tahu berapa lama pokoknya lama, akhirnya perjalanan kembali dilanjutkan. Meskipun sisa perjalanan itu ditempuh dengan lancar, aku masih bingung di Balikpapan nanti aku diturunkan di mana?

Untungnya ada salah satu penumpang yang mengenal daerah-daerah di Balikpapan, atas pentunjuknya sang supir dapat dengan sukses mengantar para penumpang ke tempat tujuan masing-masing. Perjalan dari Bontang ke Balikpapan yang seharusnya ditempuh selama kurang lebih 5 jam, berkat kejadian-kejadian tersebut di atas, akhirnya ditempuh selama kurang lebih 8 jam.

Setelah dua hari di Balikpapan aku kembali ke Bontang, dengan penuh harapan mudah-mudahan perjalan kembali ke Bontang dapat ditempuh dengan lancar tanpa halangan. Dan lalu kemudian di tengah perjalanan menuju Bontang, mobil yang kutumpangi tiba-tiba berasap, mesinnya mati, para penumpang berhamburan keluar, lalu DUARRRRRRRR!!! Mobil itu meledak!

---

(Ehm.. sebenarnya mobil itu memang berasap dan mesinnya mati, tapi tidak meledak)

Selamat Datang di Bontang

Setelah empat tahun di Jakarta, menghabiskan masa-masa kuliah dan magang, akhirnya aku ditempatkan juga bekerja, namun sayangnya tempatnya bukan di Makassar sebagaimana yang aku inginkan, tapi di suatu kota kecil di Kalimantan Timur yang bernama Bontang. Tanggal 21 Oktober 2007 aku ditemani keluargaku berangkat ke Bontang. Meskipun awalnya bikin shock, tapi setelah beberapa minggu tinggal di sana, akhirnya aku bisa juga beradaptasi.

Kalau dibandingkan temang-temanku yang lain, yang ditempatkan di Indonesia timur, aku terbilang cukup beruntung. Di Bontang belakangan aku ketahui ternyata ada keluarga jauh dari pihak ibuku. Dan biasanya setiap dua minggu sekali aku berkunjung ke tempat kakakku yang ada di Balikpapan.

Sedikit mengenai kota Bontang (berdasarkan brosur yang kudapat dari temanku):

Bontang berasal dari kata Bon dan Tang. Bon/Bond berarti perkumpulan atau gabungan (mungkin kata itu berasal dari bahasa purba yang sudah punah), sedangkan Tang akronim dari pada pendatang (Aji Pao betul-betul kreatif). Konon katanya nama itu diberikan oleh Aji Pao sang pendiri kota Bontang setelah melihat banyaknya pendatang di daerah itu yang terdiri dari berbagai etnis suku bangsa, yaitu Bajao, Bugis, Banjar, Arab, China, Melayu, dan suku Kutai.

Kota Bontang yang terletak di Propinsi Kalimantan Timur mempunyai luas wilayah kurang lebih 406.700 km2, terletak di bagian pesisir pantai bagian timur Propinsi Kalimantan Timur. Jumlah penduduknya sebanyak 117.082 jiwa pada tahun 2005. Mayoritas penduduk Bontang adalah pendatang yang mencari nafkah, baik sebagai karyawan/buruh di perusahaan besar (PT Badak NGL, PT Pupuk Kaltim Tbk, dan PT Indominco Mandiri) maupun sebagai pedagang, pengusaha, dan pegawai negeri sipil (PNS).

Salah satu obyek wisata di Bontang adalah perkampungan nelayan di atas permukaan laut yang bernama Perkampungan Bontang Kuala. Semua tempat tinggal di sana terbuat dari kayu, umumnya jenis kayu yang dipakai adalah kayu khas kalimantan bernama kayu Ulin. Bontang kuala memiliki arena berkumpulnya keluarga dan anak muda sehingga wisatawan dapat berinteraksi dengan masyarakat dari segenap penjuru Bontang, dan dapat pula menginap bersama warga lokal dengan segala kekhasannya (hanya saja jangan heran jika suatu saat anda diceburkan ke laut sebagai persembahan kepada Sang si makhluk halus penjaga daerah itu, hehehehehe…).

Yah.. yah.. yah.. dengan menulis tentang kota Bontang dapat sedikit mengobati kekecewaanku karena ditempatkan di kota itu. Terus terang saja, apa yang ditulis dalam brosur itu tidak selalu sama dengan kenyataannya, seperti kata sebuah iklan: gak semua yang lo denger itu bener…