Saturday, December 15, 2007

Dalam Perjalanan di Malam Hari (Bagian 1)

Selama tinggal di Bontang, biasanya setiap dua minggu sekali aku berkunjung ke tempat kakakku yang ada di Balikpapan, dengan menempuh waktu 5 jam perjalanan, melintasi jalan yang membelah hutan, dan kadang-kadang mengalami suatu kejadian yang tak terduga…

Waktu itu tanggal 16 November 2007, aku dalam perjalanan ke tempat kakakku di Balikpapan. Ini bukan yang pertama kalinya buatku, jadi kurasa tak ada yang perlu dikuatirkan. Namun kemudian kenyataan mengharuskan aku merasa kuatir, jreng! jreng!!!

Mobil yang aku tumpangi ke Balikpapan yang sebelumnya dipesan lewat travel, sebelum bertolak ke Balikpapan terlebih dahulu akan menjemput penumpang satu-persatu di tempat tinggal masing-masing, dan karena kebetulan aku penumpang yang pertama dijemput, jadi aku harus menunggu lebih lama. Setelah satu jam lebih mobil berputar-putar di kota Bontang menjemput para penumpang yang kadang belum siap dijemput, akhirnya mobil melaju keluar dari kota itu menembus kegelapan malam yang menyelimuti, wuzzzzzzzz….

Di tengah perjalanaan, tiba-tiba pak supir menghentikan mobil di pinggir jalan, dekat beberapa mobil yang sedang parkir. Kebingunganku akhirnya terjawab setelah semua penumpang disuruh turun dan pindah ke mobil lain, mobil yang kutumpangi dari Bontang mengalami kerusakan pada lampu depannya. Bagiku sih tidak masalah, yang penting sampai ke tujuan dengan selamat, tapi di kemudian hari aku sadar bahwa selamat sampai ke tempat tujuan saja tidak cukup, kenyamanan saat perjalanan juga penting, hmmm…

Di mobil pengganti aku mendapat posisi yang nyaman, namun kejadian berikutnya sama sekali tidak membuatku nyaman. Baru saja mobil memasuki jalan, tiba-tiba dari arah kanan sebuah sepeda motor berkecepatan tinggi menghantam sisi kanan depan mobil hingga sepeda motor itu beserta pengendaranya terhempas ke aspal. Aku kaget bukan main, saat kulihat ke tempat jatuhnya pengendara motor itu, terlihat darah yang tercecer di aspal. Aku jadi merinding, tak berani melihat kondisi pengendara motor itu, mungkin saja organ-organ tubuhnya sudah berhamburan di jalan, karena itu aku diam saja di dalam tanpa berani melihat apa yang terjadi. Setelah bermenit-menit berlalu, kuberanikan diri melihat apa yang terjadi, sang supir dan pengendara motor itu ternyata sedang berunding, di aspal tak ada tanda-tanda darah sebagaimana yang kulihat tadi. Aku jadi bertanya-tanya apa itu hanya halusinasiku saja? Hiiiiih…

Setelah lama entah berapa lama, akhirnya sang pengendara motor melanjutkan kembali perjalanannya dan begitupun aku. Sebenarnya aku masih belum bisa menerima apa yang terjadi, seharusnya pengendara motor itu terluka parah, karena tadinya aku melihat ada darah. Tapi bagaimanapun juga aku merasa senang karena perjalanan bisa dilanjutkan kembali. Sayangnya kejadian sial kembali datang, ban mobil yang kutumpangi kempes sehingga mobil harus berhenti untuk mengganti ban. Kulihat di kiri dan kanan jalan yang ada hanya pepohonan yang rimbun, alias hutan. Beberapa penumpang ikut membantu supir mengganti ban mobil, aku yang tidak ingin mengganggu hanya diam saja di mobil dengan perasaan waswas, takut jika tiba-tiba kami dirampok, karena suasana di sekitar begitu sepi dan gelap. Samar-samar terdengar suara supir yang bernada riang: “…ehehe dongkraknya kayaknya gak bisa dipake neh” Aaaaargghhh!!!

Akhirnya setelah lama yang terasa lama sekali, ban mobil berhasil diganti setelah diganjal dengan kayu yang dicari dengan susah payah. Di sebuah pompa bensin, mobil berhenti untuk mengisi bensin. Setelah mengisi bensin, saat hendak memasuki jalan, hampir saja mobil disambar truk yang melaju cepat. Setelah semua kejadian itu kupikir takkan ada masalah lagi, sesampainya nanti di Balikpapan, semua penumpang akan diantar ke tempat tujuan masing-masing. Tapi sebuah obrolan antara penumpang dengan sang supir membuatku tak nyaman:

Penumpang 1 : Pak, nanti saya turun di dekat bandara yak?

Supir : Bandara? Ok

Penumpang 2 : Klo saya di daerah [lupa] ini ya pak?

Supir : Eeeh…

Penumpang : ???

Supir : Saya taunya cuma sampe di bandara aja, saya ne cuman supir yang jemput orang di bandara, klo daerah di Balikpapan saya gak tau.

Aku : [dalam hati] sialan! Ne supir entar mw buang aku di mana neh, gw juga gk tau daerah-daerah di Balikpapan. Mana dah tengah malem lagi, gimana nih gimana nih???

Saat waktu telah lewat tengah malam, mobil berhenti di sebuah bengkel untuk menambal ban. Dan sekali lagi aku harus menunggu lama sekali sekali lagi. Baru setelah begitu lama yang lamanya tidak tahu berapa lama pokoknya lama, akhirnya perjalanan kembali dilanjutkan. Meskipun sisa perjalanan itu ditempuh dengan lancar, aku masih bingung di Balikpapan nanti aku diturunkan di mana?

Untungnya ada salah satu penumpang yang mengenal daerah-daerah di Balikpapan, atas pentunjuknya sang supir dapat dengan sukses mengantar para penumpang ke tempat tujuan masing-masing. Perjalan dari Bontang ke Balikpapan yang seharusnya ditempuh selama kurang lebih 5 jam, berkat kejadian-kejadian tersebut di atas, akhirnya ditempuh selama kurang lebih 8 jam.

Setelah dua hari di Balikpapan aku kembali ke Bontang, dengan penuh harapan mudah-mudahan perjalan kembali ke Bontang dapat ditempuh dengan lancar tanpa halangan. Dan lalu kemudian di tengah perjalanan menuju Bontang, mobil yang kutumpangi tiba-tiba berasap, mesinnya mati, para penumpang berhamburan keluar, lalu DUARRRRRRRR!!! Mobil itu meledak!

---

(Ehm.. sebenarnya mobil itu memang berasap dan mesinnya mati, tapi tidak meledak)

0 komentar: